Monday, December 24, 2012

Arti Sahabat

Sahabat adalah orang yang paling mengenal kita selain keluarga. Sahabat yang akan mengingatkan kita pada saat kita lupa. Sahabat yang menguatkan pada saat kita terpuruk. Sahabat yang mendengar dengan sabar setiap keluhan kita. Sahabat juga yang paling pantas menikmati bahagia yang kita rasakan. Itulah arti sahabat yang sebenarnya, mau menerima kita apa adanya. Tapi masihkah ada sahabat yang seperti itu di zaman sekarang? Ternyata jawabannya ada, tetapi jarang sekali kita temukan. Begitu berharganya seorang sahabat, maka pantas kita harus menjaga dan mengikat tali persahabatan itu dengan erat. Persahabatan diawali dari saling kenal di suatu komunitas atau suatu kelompok yang memiliki tujuan tertentu. Namun sangat tidak mudah untuk menjalin persahabatan yang abadi selamanya. Berbeda kepentingan adalah awal dari retaknya sebuah persahabatan. Tidak adanya saling pengertian menghancurkan nilai-nilai persahabatan itu sendiri.
“Sahabat sejatimu adalah orang yang berkata benar kepadamu, bukan yang selalu membenarkanmu.”
Kata bijak di atas menyimpan pesan moral yang sangat mendalam, dan memberi pemahaman bahwa sahabat sejati begitu langka, terlebih pada zaman ini, yang telah mengalami pergeseran paradigma pemikiran jauh, termasuk arti sebuah persahabatan.
Persahabatan saat ini lebih banyak mengarah kepada materialisme. Gaya hidup konsumtif sudah menjadi sindrom dan virus yang membuat manusia menjadikan orang-orang kaya dan punya kekuasaan sebagai pilihan nomor wahid untuk menjadi teman bergaul dan sahabat.
Padahal, persahabatan dalam makna yang benar adalah sebuah jalinan yang melibatkan luapan kecintaan karena Allah Subhânahu wata‘âlâ dan untuk Allah Subhânahu wata‘âlâ, sehingga dapat memiliki implikasi positif, baik dalam kondisi senang atau susah, berhasil atau gagal.

Persahabatan yang dibangun di atas pondasi niat yang tulus karena Allah Subhânahu wata‘âlâ akan kekal. Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhânahu wata‘âlâ pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindungan-Ku.” (HR. Muslim).

Persahabatan yang benar akan menimbulkan rasa cinta dan sayang yang tulus, melahirkan kedamaian dan ketenangan, sehingga orang lain terasa nyaman di sampingnya. Sahabat sejati selalu jujur dan bicara benar apa adanya. Sahabat sejati tidak akan membungkus pukulan dengan ciuman, tidak akan berbohong demi kepentingan dan hasrat pribadinya.
Persahabatan sejati nan luhur ini ditunjukkan oleh baginda Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan para sahabatnya. Sebagai teman, Rasul Shallallâhu ‘alaihi wasallam mampu menjadi seorang ayah bagi orang-orang yang butuh kasih sayang, menjadi pelindung bagi mereka yang tertindas, dan menjadi sahabat yang hangat dan penuh keakraban.

Sebegitu pentingnya persahabatan, sehingga banyak etika yang diajarkan oleh Rasul Shallallâhu ‘alaihi wasallam dalam menjaga kemurnian arti persahabatan. Hal ini tidak lain karena sahabat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, baik dunia atau akhirat. Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Makna Hadis ini adalah seseorang akan cenderung berpikir, berbicara, dan berperilaku seperti kebiasaan kawannya. Selain itu, teman juga bisa menjadi cerminan terhadap orang lain. Terkadang untuk melihat baik dan tidaknya seseorang dengan cara melihat temannya; bila temannya baik, maka ia akan dianggap baik. Begitupun sebaliknya.

Dari sini dapat disimpulkan, bahwa betapa besar pengaruh baik dan buruknya berteman, karenanya sangatlah penting bersikap selektif dalam mencari teman.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment